Titik Balik Semangat

“Demi masa, sesungguhnya manusia dalam keadaan merugi”

            Waktu memang terus berjalan, tetapi manusia hanya bisa berusaha maksimal menjaga produktifitasnya lebih baik dari waktu ke waktu. Menjaga nafas semangat memang tidak mudah di tengah maraton yang panjang. Terutama dalam menjalani sebuah project yang memiliki step panjang untuk mengejar waktu. Guru olah raga SMA saya menasehati saya agar tidak pernah menjadikan orang sebagai acuan kecepatan dalam berlari, tetapi berlarilah untuk mengejar waktu karena itu adalah hal yang paling sulit bagi seorang pelari.

            Well, tulisan kali ini saya ingin curhat tentang skripsi saya yang terbilang terlambat. Waktu sudah menunjukkan setengah semester saya mengerjakan skripsi ini. Meski sebenarnya saya telah mengajukan pra-proposal sejak bulan Juni, skripsi saya sempat tertunda sebulan untuk mengakhiri masa amanah di organisasi FoSSEI. Bagi saya mengerjakan skripsi harus selesai dengan cepat, sebab skripsi bagaikan sebuah tebing besar di balik indahnya peradaban yang sebenarnya. Kontribusi yang sebenarnya baru dimulai disana, untuk membantu menyebarkan kebaikan.

“Pursuing someone is difficult, but chasing time is more difficult” (My Sport Teacher)

            Paling tidak gambaran di atas adalah satu alasan kuat mengapa harus mengerjakan skripsi, karena hal yang paling sulit bagi manusia adalah keluar dari kebiasaan. Kebiasaan pekerjaan yang practical di organisasi dengan tingkat mobilitas yang tinggi, sekarang imajinasi sayalah yang harus memiliki mobilitas yang tinggi dengan keberadaan fisik yang membosankan. Kebiasaan untuk menjaga nafas semangat di tengah stagnasi lingkungan karena tidak ada mobilitas.

            Pada dasarnya skripsi memerlukan keistiqomahan dalam mengerjakannya. Inilah kunci menjaga nafas semangat dalam mengerjakannya. Sekali berhenti, maka akan sulit untuk memulainya kembali. Maka tidak ada alasan untuk menggunakan sisa waktu keseharian saya dalam mengerjakan skripsi agar terus produktif menjadikan insan yang lebih baik dari waktu ke waktu.

“Small diciplines repeated with consistency every day lead to great achievements gained slowly over time” (Jhon C. Maxwell)

            Sungguh ironisnya jika kita melihat orang-orang yang seumur kita yang telah memiliki kontribusi besar disana sedangkan kita masih menggunakan sisa waktu dari skripsi untuk bermain-main tanpa ada peningkatan skill. Saya masih ingat dengan cerita seorang dosen ilmu ekonomi FEB Unpad di salah satu hotel tertinggi di Bandung saat itu. Saat beliau mengadakan pelatihan bagi dosen-dosen ilmu ekonomi dengan mengadakan pelatihan bagi para aktivis FoSSEI memiliki perbedaan semangat yang sangat mencolok. “Para aktivis ini diberikan pelatihan kajian mulai seusai sholat subuh hingga hampir pukul 00.00 masih ketagihan untuk diskusi” katanya. “Mungkin mereka sadar apa yang mereka perjuangkan” tambahnya. Kata-kata itu seolah menjadi cadangan bahan bakar yang menjaga stabilitas semangat. Sungguh kita akan menjadi penghianat saat banyak orang-orang mengharapkan kebangkitan umat ini di tangan kita jika kita tidak bisa menunaikannya.


Whoever fears Allah, Allah will find a way out for him (from every difficulty) and He will provide for him from sources that he could never have imaged” (Quran 65: 2-3)

Share:

0 komentar