Belajarku : Cara Belajar Versi Gue

Maaf aku ngga jelasin gambar disamping karena itulah teorinya, tetapi tulisan ini cenderung bercerita seputar pengalamanku.

Well, aku yakin pembaca sudah punya definisi sendiri. Ada yang bilang belajar itu yang penting baca buku, atau bahkan bawa buku itu adalah symbol orang rajin belajar. Kalau itu merupakan definisi  yang terlalu lebar guys.  menurut kacamata Islam, di ayat yang pertama kali turun adalah menyuruh kita untuk membaca. Tapi jangan salah sangka dulu guys, membaca itu punya banyak banget arti, secara umum bisa ditarik kesimpulan bahwa membaca itu adalah membuat kita sebelumnya tidak mengerti menjadi mengerti (Salah? Bisa coment^^). Okay, sekarang kamu udah tau apa sih itu membaca.
Eh, ngomong-ngomong tadi dari belajar kok bisa nyambung ke membaca yah? Ya iyalah, aku mengartikannya dengan makna yang sama kok. Ada yang perlu kita pahami cara manusia dalam berfikir. Menurut filsafat ada tiga metode kita dalam belajar, yakni induksi, deduksi, dan insting. Akan tetapi bila kita gabungkan ketiga metode tersebut sangat mirip dengan cara kita belajar.
 Seperti yang kita ketahui bahwa Allah mengajari kita dengan Qalam (LOGIC). Masih belum tahu apa itu LOGIC? Langsung saja pada contoh, ketika habil dan qabil saling bertengkar kemudian terjadilah pembunuhan pertamax di bumi. Kemudian sang pembunuh, qabil, melihat seekor burung gagak yang juga membunuh temannya sendiri. Lantas burung gagak tersebut menguburkan teman yang ia bunuh. Kemudian qabil pun mengikutinya (LOGIC : Al Alaq :4)
Kita juga bisa melihat dari persoalan-persoalan yang ada di sekitar kita kemudian kita simpulkan berdasarkan persamaan dari setiap persoalan tersebut kemudian kita simpan di otak kita (Induksi Method). Ketika kita melihat salah satu dari persoalan itu ada di masyarakat, maka kita dengan sekuat tenaga “memanggil” memori  kita untuk memecahkannya (Deduksi Method). Ketika kita sudah terbiasa melakukan itu semua maka akan menjadi terbiasa secara insting.
Dulu pas aku lagi OSPEK (Curhat juga) aku diceritain tentang apa potensi kita. Tapi ujung-ujungnya disuruh cari sendiri potensi kita itu dimana (ini penting banget buat yang pengen cari jurusan, bukan jurusan antarkota tapi jurusan yang bisa nentuin hidup kita). Tidak ada orang bodoh di dunia ini melainkan orang yang memiliki keterbelakangan mental. Buat kamu yang alhamdulillah normal ada dua kategori kalau tidak pintar ya cerdas (sama aja dong?). Bedanya, kalau cerdas itu adalah bawaan dari lahir, bisa dibilang rejeki dari Allah tuh, bisa juga dibilang talent. Kalau pintar itu biasa disebut “bisa karena biasa” alias skill. Inilah salah satu kelebihan manusia dibandingkan makhluk yang lain.

Antara Pintar, Cerdas, dan Idiot
Bila dilihat dari mayoritas penduduk di Indonesia, sedikit sekali kita temukan orang yang idiot. Jadi orang idiot itu adalah orang yang memiliki keterbelakangan mental. Well, kita tidak membicarakan itu lebih lanjut. Yang ingin aku bahas disini adalah Pintar dan Cerdas. Jangan salah, dua sifat ini sebenarnya berbeda loh.
Ketika pada saat tes IQ, kamu bisa melihat hasil kamu yang rata-rata di atas 90. Berarti kamu bukanlah seorang yang idiot, tetapi antara cerdas dan pintar. Cerdas berarti kamu memiliki talent yang merupakan berkah dari Allah. Ini didapat sejak lahir. Berbeda dengan pintar. Mereka yang tergolong pintar adalah orang-orang yang bisa karena biasa. Manusia memiliki kelebihan dalam mempelajari sesuatu sehingga ia “bisa” dalam melakukan sesuatu. Well, ada beberapa macam kecerdasan yang dimiliki manusia yakni:
·      Kecedasan Numerik
Orang yang memiliki kecerdasan numerik biasanya adalah orang-orang sastra. Mereka memiliki kemampuan dalam menggambarkan sesuatu secara nyata walupun dalam bentuk tulisan. Tapi tak dipungkiri juga banyak orang yang awalnya belum bisa menulis tetapi dengan usaha yang teguh, ia bisa menjadi penulis professional.
·      Kecerdasan Mekanik
Contoh dari orang yang memiliki kecerdasan mekanik adalah seorang koki. Ia memiliki keahlihan dalam memberi rasa yang spektakuler di masakannya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kecerdasan mekanik ini merupakan orang yang ahli dalam pekerjaan lapangan.
·      Kecedasan Spasial
Contoh dari orang yang memiliki kecerdasan spasial adalah tukang sopir taksi. Jangan meremehkan hal yang satu ini, banyak orang kesasar di kota besar diakibatkan tidak bisa “melogikakan” tempat. Tetapi fakta memang benar, seperti kota surabaya, disana rata-rata jalannya tidak jalan yang linier. Orang yang hafal tempat seperti ini bisa juga menjadi menteri yang mengawasi pulau-pulau terluar Indonesia. Ini malah yang paling penting karena terakhir kemarin (19/01) ada pulau disekitar riau dicaplok oleh Singapura (lagi).
·      Kecerdasan Intelektual (IQ)
Kalo yang ini sudah tau sendirikan? Buat kamu yang punya IQ super, pantas bergerak dibidang tenaga ahli, profesor, dan lain-lain. Tetapi orang-orang ber-IQ tinggi ini biasanya ada yang kurang seimbang dengan kehidupan sosialnya (seperti di film india itu loh). Agar bisa seimbang antara IQ yang dimiliki dan kehidupan sosialnya, peran orang tua disini sangatlah penting dalam membantu sang buah hati untuk bersosialisasi.
·      Kecerdasan Emosional (EQ)
Wah ini nih yang paling mantap, kecerdasan emosional cuy. Orang-orang disini biasanya aneh-aneh, bisa terbilang nakal, ndableg, pemikirannya out of the box, saking anehnya bisa dibilang nakal. Tetapi mereka pandai dalam merangkai sebuah komunitas sosial sehingga mereka biasanya menjadi pemimpin walau tidak memiliki intelektual yang tinggi.
·      Kecerdasan Spiritual (SQ)
Biasa disebut orang alim. Malah ada beberapa orang yang takut sama orang alim juga loh. Dulu pas SMA aku heran anak dari Madrasan Aliyah yang aku sangka lebih banyak mengajinya daripada untuk pengetahuan umumnya, ternyata aku salah. Dahulu ketika aku masih Madrasah Tsanawiyah juga seperti itu, aku libas anak-anak SMP dengan kekuatan ingatan dan nalar yang lebih. Kalau sepengetahuanku tingkat hafalan dan pemahaman yang dimiliki seseorang (muslim) itu berbanding lurus dengan hafalan atau pemahaman terhadap agama.
v  So sahabat-sahabatku yang baik hatinya, tentukan dimana potensimu dan tajamkan itu, tetapi jangan melupakan passion untuk menjadi “pintar” dibidang yang kamu sukai. Hiasi keahlianmu dengan akhlak dan aqidah yang baik untuk bisa membuatmu menjadi orang bejo (beruntung).



Tingkatan Pemahaman

Menurut penelitian ada beberapa tingkat pemahaman dalam cara belajar kita
-          Pemahaman 20% dengan membaca
Jadi buat kamu yang suka SKS (Sistem belajar yang ngebut) musti hati-hati dengan ini. Tapi ada beberapa pendapat dari mahasiswa bahwa system belajar yang ini memang sangat cepat untuk metode hafalan jangka pendek mungkin karena motivasi terpaksa. Tetapi efek buruknya adalah cepat dihafal cepat pula dilupakan, selain itu kalau sampai menghadapi persoalan yang sudah mengembang dan butuh analisis jadi sulit untuk diselesaikan. Ingat, persoalan yang sudah kompleks bisa kita selesaikan bila kita mengetahui dasarnya serta dengan langkah yang benar pula #Filsafat method

-          Pemahaman 40-50% dengan mendengarkan
Jadi, kalau ada orang bicara harus perlu didengarkan, apalagi dalam sebuah forum belajar seperti kuliah, diskusi, KBM (di SMA-SMP-SD) dan lainnya. Bahkan bagi umat Islam sendiri seseorang harus bersikap yang baik dalam suatu majelis (cari sendiri yah adab-adabnya).

-          Pemahaman 50-70% dengan melihat
Melihat disini beda sama melihat tulisan yang artinya sama saja dengan membaca loh. Tapi melihat disini hampir bersifat praktis. Yakni melihat apa yang sebenarnya terjadi di dunia riil. Memang sih terkadang teori itu beda sama aslinya (realnya) tapi saranku jangan terlalu terpaku dengan real, bisa saja kita mengira bahwa yang terjadi itu hanya karena faktor “X”, padahal ada faktor lain yang bisa menyebabkan itu terjadi. Ini juga salah satu masalah dari pemecahan masalah dalam ilmu social.

-          Pemahaman 70-90 % (pemahaman itu tidak ada yang sempurna :D) dengan praktik
Ini juga yang manarik bagi jurusan teknik, poltek, SMK, dan lembaga-lembaga pelatihan lainnya. Di lapangan mereka lebih jago boy. Jadi jangan sampe kamu males dikegiatan praktikum. Apalagi kalau lembaga-lembaga kursus semacam itu memiliki porsi untuk praktik dengan jumlah yang lebih besar daripada teori.


Caraku Belajar
Konon ada waktu-waktu tertentu yang bisa mempermudah kita dalam belajar. Bahkan ada periode-periode dalam belajar itu sendiri. Ketika kita masih kecil kita akan sangat mudah dalam menghafal sesuatu. Ketika kita sudah beranjak remaja semakin sulit kita menghafal sesuatu, tetapi kita semakin kritis dan analitis dalam memandang sesuatu. Oleh karena itu, banyak di antara kita yang merasa bodoh karena ketika masih kecil kita hanya mengetahui sedikit tentang sesuatu. Orang-orang seperti ini sebenarnya belum terlambat karena masih bisa menebus kesalahannya dengan syarat secara sungguh-sungguh.

Sekarang yang aku bahas adalah orang-orang yang terlambat dalam memahami sesuatu. Well, coba bayangkan ketika kelas satu SMA kita masih berperilaku seperti anak SMP, belajarnya masih acak-acakan. Kemudian ditambah lagi dengan penyesalan masuk ke jurusan yang tidak disukai pada kelas dua SMA. Nah lo, pas kelas tiga SMA waktu-waktu ujian meledak deh kepala lo. Ketika bulan-bulan menjelang UNAS kita masih kelelahan mengejar materinya. Apalagi setelah menjelang UNAS ada tes-tes seleksi masuk PTN.

Itulah keadaanku ketika masih sekolah SMA dulu. Bulan-bulan ujian itu rasanya nyiksa banget, tetapi asik juga karena kita bisa meng-enlarge knowladge kita. Kita pasti merasa bersalah bila tidak belajar dalam bulan-bulan ini. Namun ini adalah kenyataannya. Akhirnya lo harus belajar lebih giat dengan cara menambah jam belajar, terus lama-lama  lo akan dicap sebagai anak rajin. Padahal ketika kita belajar di waktu yang tidak tepat maka hasilnya pun juga tidak maksimal. Pernah ngga ketika mata, badan, dan seluruh tubuh lo dalam keadaan membaca tulisan-tulisan dibuku, tetapi sebenarnya pikiran lo melayang-layang kemana-mana bahkan bisa tidur (dalam pikiran). Itulah akibat dari memforsir belajar terlalu ekstrem di luar kebiasaan.

 The Behavior
Berbicara mengenai kebiasaan itu memanglah sulit. Akan tetapi kebiasaan yang baik harus diawali dengan “keterpaksaan” bagi yang belum terbiasa baik. Kebiasaan itu dimulai dengan melakukan sesuatu yang sederhana yang bisa kamu perbuat, lalu biasakan saja.  Menurut teori psikologi ada istilah sensasi dan persepsi.
Contoh sensasi adalah ketika kita merasakan bermain itu asyik sedangkan belajar itu membosankan maka efek dari sebuah sensasi disebut persepsi. Maka efeknya,  ketika kita belajar selalu mengantuk dan tidak memiliki daya tahan yang lama terhadap apa yang kita pelajari.
Ketika kita menyadari akan kebiasaan buruk kita, maka sesegera mungkin kita ubah karena semakin lama semakin sulit pula diubah. Termasuk cara kita belajar. Dalam membaca buku otomatis kita juga memiliki metode dalam memahami dengan kode tertentu yang hanya dipahami oleh otak kita. Sebisa mungkin kita usahakan untuk lebih menjadikan kode itu dengan jelas dan unik. Beberapa kasus  dalam membuat kode yang salah menyebabkan tidak bisa mengungkapkan apa yang ada di otaknya .
Sebuah kebiasaan yang baik memerlukan lingkungan yang baik pula sehingga bisa saling mendukung. Membentuk kebiasaan memerlukan tindakan berulang-ulang dari sebuah peristiwa yang pernah dilakukan secara konsisten. Ada juga yang mengatakan bahwa untuk menjaga kekonsistenan kita adalah dengan sholat subuh berjamaah di masjid berturut-turut selama 40 hari, wallahu a’lam bi showab ...

The Plans
Ada sebuah pepatah (kalau tidak salah dari sunda) bahwa sebelum kita berangkat kita harus sudah datang. Artinya adalah sebelum kita melakukan sesuatu kita harus sudah memiliki beberapa rancangan yang akan kita lakukan bila tindakan kita itu telah tercapai. Tindakan ini merupakan tindakan sustainable dan merupakan tindakan long term.
Penelitian di universitas harvard menunjukkan bahwa sebagian besar mereka yang memiliki rencana hidup lebih sukses daripada mereka yang tidak memiliki rencana hidup. Rencana hidup bisa juga diisi dengan segala sesuatu yang ingin kita capai pada periode-periode tertentu. Hal ini nantinya akan menumbuhkan ambisi kita untuk meraihnya dan kita buktikan dengan apa yang kita lakukan sekarang.
Kemudian bagaimana kalau yang kita rencanakan gagal (jangan sampai deh). Sebuah kesuksesan memang tidak ditentukan dengan usaha, tetapi pertemuan antara takdir dan usaha. Maka peran spiritual disini sangatlah penting guys. Memang sangat menyakitkan ketika ternyata apa yang kita rencanakan itu tidak tercapai, akan tetapi paling tidak kita masih terjatuh di tingkatan yang tinggi karena kita harus yakin bahwa Allah memiliki rencana yang baik bagi hambanya yang telah berusaha maksimal

A Vision
Ini juga masih ada hubungannya dengan bagian A Plan. Kita membuat suatu tapakan tujuan itu merupakan visi kita. Visi akan membuat kita berambisi. Semakin besar ambisi, semakin besar pula usaha. Lalu bagaimana dengan orang-orang galau. Galau adalah suatu kondisi ketika ada hambatan untuk meraih visi kita dan itu adalah normal. Ambisi yang baik adalah ambisi yang ramah lingkungan, yang bisa menguntungkan orang-orang di sekitar kita. Maka dari itu letakkan visi setinggi mungkin dengan cara dan hasil yang menguntungkan banyak pihak yang terlibat.
A Success
Ketika kamu semakin banyak balajar, semakin banyak lupa dan semakin terasa bahwa pengetahuan kita sangat sedikit. Kemudian temanmu mencemooh pengetahuan yang masih sedikit padahal anda sudah banyak belajar. Kemudian kamu mencoba berpikir, apa penyebab aku masih memiliki pengetahuan yang dangkal. Ini merupakan pengalaman yang pahit sekali.
Well, ketika kita belajar memang memiliki suatu peningkatan. Hal ini tentu sudah lebih untung daripada pemalas yang tidak menghasilkan apa-apa. Suatu kemajuan yang masih terasa sedikit ini hanyalah masalah waktu sehingga dibutuhkan kesabaran (waktu SMA). Akan tetapi, setelah begitu lama kita malah tidak bisa menjadi spesialis (biasanya waktu kuliah). Yang dibutuhkan disini adalah kefokusan kita. Maka dari itu perlu dibuat Planning seperti di atas.
Sukses dalam segi akademis memang sangat diperlukan. Hal ini sangat penting karena inilah tujuan dari belajar yang sebenarnya. Tujuan dari lembaga-lembaga akademis adalah memberi pengetahuan kepada manusia akan kehidupan yang damai, sejahtera, dan adil yang tentunya dengan pengetahuan sehingga akan membentuk TASK (Tallent, Attitude, Skill, and Knowladge) yang baik pula. Maka barangsiapa yang memiliki pengetahuan yang tinggi diikuti dengan moral yang baik maka disitulah kemuliaan manusia akan didapatkan sesuai dengan janji Allah.

Relasi Rajin dan Malas dengan Keberuntungan
Pemalas akan menghindari pendidikan, sehingga dia menjadi bodoh, banyak membuat kesalahan, mudah ditipu, rentan kecelakaan, mudah diperalat, dan mudah dicelakakan. Orang yang rajin memandaikan dirinya dan rajin bekerja sehingga memiliki attitude yang baik, akan membanyakkan keberuntungan dan menjauhkan kesialan dari diri dan kehidupannya. Sedangkan orang yang malas belajar dan tidak suka bekerja sehingga attitudenya juga berantakan, akan menseringkan dan memperbesar kesialan dan tidak disukai oleh keberuntungan. Ini semua bukan fatwa, tapi kesimpulan dari pengamatan tentang manusia dan kehidupannya. Yang percaya dan mematuhi kebaikan, akan dihadiahi kebaikan. Yang mencela dan menelantarkan kebaikan, akan membayar kebodohannya dengan kehidupan yang sulit. Sesungguhnya, kebaikan adalah satu-satunya pilihan. Keburukan bukanlah pilihan, tapi akibat dari ketidak-patuhan kepada kebaikan. 

Share:

0 komentar