Kemerdekaan Ideologi
Merdeka – freedom – Independence day
– Futuhat
Sebuah kata-kata yang mirip
dengan kenyataan yang ada. Tetapi saya tidak tertarik sama sekali membahas
tentang kemerdekaan suatu negara. Sejarah telah membuktikan bahwa tidak ada
negara yang abadi hingga sekarang, tidak ada suku, ras atau sekat-sekat yang
manusia ciptakan itu sendiri yang abadi. Eksistensi kemanusiaan hanya ada
hingga dunia ini kiamat. Paling tidak selama jasad masih di dunia
Saya suka memulai pembahasan ini
dari sisi yang paling idologis dan paling mistis yang bernama Agama. Kemudian
satu-satunya agama yang saya percayai adalah Islam. Saya tidak membahas panjang
lebar tentang kebenaran Islam, tetapi saya tertarik dengan cerita yang
menceritakan tentang kemerdekaan Islam.
Kemerdekaan yang identik dengan
kata kebebasan harus dikaitkan dengan pembebasan itu sendiri. Hal ini karena kemerdekaan
ada setelah pemerdekaan, begitupula kebebasan ada setelah pembebasan.
Suatu hari ketika Sa’ad bin abi
waqash ditanya oleh Rustum sang panglima perang Persia tentang alasan ia datang
ke negeri Persia. Sa’ad bin abi waqash menjawab, “Kami adalah kaum yang
dibangkitkan oleh Allah untuk membebaskan manusia dari penghambaan kepada
makhluk menuju penghambaan kepada khaliqnya semata, membebaskan manusia dari
sempitnya dunia menuju keluasan akhirat, dan membebaskan manusia dari
kedzaliman agama-agama menuju keadilan Islam.” Mughirah bin syu’bah komandan
lapangan dari pembebasan Persia ini ditanya Rustum jawabannya sama. Kemudian
Rustum mengecek pasukan yang paling kroco dari pembebasan ini, Ribbi bin Amir,
jawabannya sama. Hal ini membuat Rustum takut dan gemetar melihat kesolidan
pasukan Sa’ad bin abi waqash ini. Menurut Rustum apabila dari panglima
tertinggi hingga pasukan yang paling kroco memiliki visi-misi yang sama maka
inilah pasukan yang tidak dapat dikalahkan. Selama ini hanya ada pasukan
bertahan yang memiliki visi misi sama, yaitu negara palestina. Mulai dari
Ismail Haniyeh hingga tukang sapu di Universitas Gaza memiliki visi misi
kenegaraan yang sama. Mungkin inilah calon negeri yang tak terkalahkan.
Akhirnya Rustum setelah mengetahui kondisi pasukan Sa’ad bin Abi Waqas ini
membagi 300.000 tentaranya untuk menyerang dan melindungi istana kisra hanya
bertujuan menahan pasukan Sa’ad bin Abi Waqash yang berjumlah 30.000 orang.
Setelah futuhat ini dilakukan
dibelahan bumi arab terbuktilah bahwa konsep futuhat yang dipegang oleh Islam
ketika diaplikasikan kemanapun akan memiliki dampak positif bagi masyarakatnya.
Nilai futuhat ini sering diterjemahkan dengan indah oleh para sahabat, tetapi
pernah juga salah terjemah oleh beberapa generasi berikutnya. NIlai futuhat ini
pernah salah diterjemahkan saat menaklukkan kota Andalusia. Islam menguasai
Andalusia 800 tahun, dari tahun 700 hingga 1490. Namun yang terjadi disana
adalah para rajanya berlomba memperbudak rakyat kulit putih dan rambut pirang
dan membangun bangunan yang megah denga tenaga mereka kemudian menyelenggarakan
pesta dimana ada kolam diisi khamr dan menyuruh gadis-gadis budak yang
telanjang disuruh mandi di dalamnya kemudian para tamu meminum khamr dari kolam
itu. Cerita itu diungkap dalam buku Ahmad Thompson, Islam in Andalusia. Oleh
sebab itu ketika Aragon dan Castilia menyerang Islam yang di Andalusia seperti
menghapus citra baik Islamd dari Andalusia selama-lamanya.
Pengalaman kesalahan Islam kedua
juga pernah terjadi di Mughal. Saat itu Islam memerintah India selama 400
tahun. Bahkan saat itu kekuasaan Islam telah menguasai ¾ benua. Satu hal yang
disesali karena baru satu yang sadar, yaitu anak Sultan yang bernama Aurangzeb.
Saat itu Aurangzeb menangis setelah memenjarakan ayahnya sendiri. Penyesalan
itu ternyata dari terlalu cintanya sang ayah kepada seorang wanita yang
kemudian mengorbankan kas negara tiga tahun sehingga tidak mampu memberikan
pemenuhan kebutuhan mendasar rakyatnya dan 30.000 budak mati hanya untuk Taj
Mahal. Saat ini kaum muslim yang tersisa di India hanya 10% saja dari seluruh
penduduknya.
Seharusnya sekarang kita
bersyukur bahwa proses masuknya Islam kedalam nusantara ini dengan jalur damai
dan benar. Begitupun para wali songo dalam mengaplikasikan keislaman dan
menjaga penduduk dari serangan penjajah. Pageran Diponegoro yang menguras kas
Belanda hanya untuk mempertahankan hak-hak para pribumi saat itulah cahaya
menyinari masyarakat Indonesia.
Namun apakah saat ini panji-panji
sang pangeran Sa’ad bin Abi Waqash masih dipegang oleh pasukan Indonesia. Tentu
tidak karena Indonesia memiliki ideology sendiri. Tetapi kita tidak mampu
mengelak kepada fakta bahwa negara tidak akan abadi. Buktinya adalah ketika
globalisasi telah digaungkan dunia, saat Anda pergi ke luar negeri,
kekeluargaan sudah tidak terbingkai dari suatu alasan asal negara tetapi lebih
dari itu, yaitu kesamaan ideology. Tidak perlu kita hiraukan ideology buatan
manusia tetapi landaskan di tiap hati para pembaca yang budiman kalimat tauhid
sehingga ketika masuk dalam ideology buatan manusia memiliki batas-batas yang
ada. Ketika hidup dalam ideology liberalis mampu menjaga harga diri. Ketika hidup
dalam ideology kapitalis masih mampu menjaga kasih sayang yang tak terbutakan
oleh materi. Hiduplah se-ideal mungkin, tak condong ke kanan atau kiri tetapi
masuk dalam keindahan cahaya cinta Islam, suatu komitmen yang patut kita
pegang, yang mendinginkan hati ketika gelisah, yang menguatkan asa ketika
gagal, dan yang menjelaskan ketika keraguan menghampiri. Yuk satukan visi misi
sesuai kaidah syahadat..
#RK4INDO70
Merdeka!
Tags:
Others
0 komentar