Melawan Asa

Melawan Asa
           
Tidak dipungkiri bahwa dunia yang memiliki sistem terstruktur ini memiliki pencipta, Dialah Allah. Siapapun yang mengikuti aturan-Nya maka dia akan tahu cara menghadapi tantangan dunia ini sehingga mampu lulus untuk menikmati surga-Nya. Namun barangsiapa melampiaskan hawa nafsu semaksimal mungkin melalui aturannya sendiri, ia akan menikmati lelahnya kehidupan di bumi.1

            Sistem Allah yang telah sempurna ini disampaikan melewati umat Islam untuk seluruh alam semesta2. Saat ini sistem yang paling mencemaskan adalah sistem yang mengatur hubungan sesama manusia di bidang ekonomi. Bahkan Luiz Inacio Lula da Silva, Presiden ke-35 Brazil mengatakan “The third war has already started. It is a silent war.. Instead of soldiers dying, there are children. It is a war over Third World debt, one which has as its main weapon interest, a weapon more deadly than atom bomb, more shattering than a laser beam.”

            Sistem ekonomi dunia saat ini dikuasai oleh para cukong-cukong besar yang bekerjasama dengan sistem keuangan yang ribawi melalui politik internasional, mereka disebut ekonom hitman. Mereka menggunakan kekuatan politik untuk mederegulasi berbagai peraturan untuk mendukung mereka.  Para ekonom hitman ini berdalih bahwa demi kemajuan peradaban manusia, maka berbagai sumber daya harus diserahkan kepada ahlinya untuk dieksplorasi semaksimal mungkin agar menghasilkan output yang maksimal. Ketika ditanya tentang keadilan, mereka berdalih bahwa mereka telah bersusah payah dalam menemukan cara mengolah sumber daya, pantaskah kita menghargai orang yang tak mau berusaha?3 Mereka telah menantang Allah.

            Kami para mujahidin ekonomi Islam memandang dunia ini adalah tantangan bagi kami untuk menebar kebaikan bagi sesama semaksimal mungkin. Bagi kami dunia ini tidak sepenuhnya indah seperti orang kafir memandangnya4. Riba adalah salah satu musuh kami untuk menumpas satanic economic.

            Riba adalah naluri manusia dalam menumpuk hartanya5. Tidak dapat dipungkiri bila nafsu ini terus dipenuhi maka ketimpangan ekonomi semakin lebar, dan inilah masalah utama ekonomi6. Penelitian Reinhart dan Rogoff (2009) dalam buku This Time is Different yang meneliti sistem keuangan klasik hingga modern menyimpulkan tiada yang baru dalam krisis-krisis ekonomi kini. Dengan kata lain “This time is different” hanyalah ilusi7. Mereka mengobati krisis ini menggunakan bunga. Padahal bunga adalah malapetaka krisis itu sendiri.

            Disisi lain, instrumen Zakat, infaq, sedekah, dan wakaf (ZISWAF) adalah instrumen yang sangat dianjurkan dalam Islam. Jarang sekali seorang pemakan riba mau melaksanakan salah satu dari instrumen ini. Padahal Allah akan melipatgandakan sebanyak 10 kali, 700 kali, hingga tak terbatas8. Instrumen ini menjadi penting karena sangat efektif untuk menjembatani antara yang kaya dan yang miskin. Tetapi sebaliknya, peningkatan praktik riba disertai dengan penurunan praktik ZISWAF akan meningkatkan kemiskinan sehingga menambah masalah sosial lain. Oleh karena itu, dosa orang yang tidak membayar zakat adalah dosa terbesar ke-5 setelah syirik.

            Kami para mujahid ekonomi Islam sangat takut akan “bonus” siksaan Allah dari Riba. Riba merupakan sumber dari sifat egois untuk menjadi kaya sendiri. Itulah mengapa dalam kitab dosa-dosa besar yang ditulis Imam Dzahabi, riba termasuk dosa terbesar ke-12 setelah perzinaan sesama jenis. Bahkan dosa terkecil dari riba seperti seorang anak menzinai ibunya sendiri. Sedangkan dosa melakukan riba senilai satu dirham sama dengan melakukan zina sebanyak 36 kali.

            Ketika seseorang melakukan riba maka dia mendeklarasikan perang melawan Allah9. Oleh karena itu, Rasulullah bersabda apabila disuatu tempat yang mewabah praktik ribawi maka Allah membalas paling tidak dengan banyak orang gila disana. Sedangkan apabila di suatu daerah terjadi wabah zina maka disana akan banyak kematian, baik karena bayi yang ditelantarkan atau melalui penyakit seksual. Ini adalah dampak yang terlihat secara kasat mata di dunia. Sedangkan bencana laten yang kita alami adalah sering terjadinya krisis ekonomi yang merusak ekonomi negara.

            Seorang yang melakukan praktik ribawi maka ketika meninggal dunia hingga kiamat nyawanya akan dibiarkan berenang di laut darah dengan dilempari harta-harta yang dikumpulkan saat dia hidup. Kemudian saat dibangkitkan dari kubur mereka tidak bisa bangun melainkan seperti orang gila lantaran kesurupan. Saat di neraka, perut mereka membuncit sebesar rumah yang berisi kalajengking, ular, dan sebagainya. Perutnya menjadi pijakan orang-orang yang dimasukkan ke neraka. Bahkan Rasulullah menyampaikan bahwa seorang pemungut riba tidak akan merasakan nikmat surga. Kalaupun muslim akan disiksa sangat lama di neraka walau akhirnya bisa masuk surga. Ingat kawan, tubuhmu tidak akan kuat menahan sakit di neraka. Satu hari di akhirat sama dengan seribu tahun di dunia.

            Para sahabat sangat berhati-hati dalam hal riba. Rasulullah pernah bersabda bahwa Riba itu adalah segala bentuk keuntungan dari hutang. Menurut Hasan, dia tidak akan makan makanan yang dihidangkan tuan rumah yang memiliki hutang terhadapnya karena Hasan takut bahwa hidangan tersebut adalah riba.

            Lantas perjuangan penumpasan riba di Indonesia adalah melalui bottom-up. Artinya adalah melalui kalangan akademisi, praktisi, lembaga-lembaga keuangan, dan masyarakat, kemudian sektor pemerintahan dan politik. Padahal orang-orang akademisi dan praktisi keuangan memperoleh gaji dari sektor ribawi juga. Seakan-akan kami menjual ayat-ayat kami. Kalaupun kami menggunakan uang riba tersebut untuk bersedekah, bagaikan orang wudlu menggunakan air kencing. Hal ini karena Allah adalah baik dan hanya menerima dari sumber yang baik pula.

            Kami heran dengan masyarakat yang menyukai kebahagiaan yang singkat ini dengan resiko tinggi. Mereka sulit dibawa ke ranah ekonomi syariah. Ada saja yang menghalang-halangi kinerja kami. Yang lebih mengherankan adalah kesadaran mereka ke ekonomi syariah lebih rendah dari orang-orang kafir tulen di eropa. Parahnya, sudah tahu wakil rakyat tidak amanah, masih mau diberi uang untuk menjual masa depannya sekaligus keturunannya. Inilah PR besar bangsa ini. Sudah saatnya bergerak dalam ranah politik untuk melakukan percepatan. Kami bosan dengan inovasi yang di kalangan bawah sedangkan para pemerintah masih berpesta atas hasil pemerasan ibu pertiwi ini.

“Sudah Ada Bank Syariah, kok masih pakai bank konvensional?”
“Sudah Ada Presiden yang Siap Mendukung Islam, kok Masih Mendukung yang Tidak?”

1.                1Betapa sia-sianya segala sesuatu yang diusahakan oleh manusia untuk memenuhi nafsunya tanpa syariat yang benar maka akan tertolak amalannya
2.                2Agama yang pernah Allah turunkan di bumi ada Islam, nasrani, dan yahudi.  Sedangkan Allah menurunkan kitab suci di setiap agama untuk petunjuk hidup setiap manusia. Akan tetapi, di zaman akhir ini yang menjadi Al Maidah ayat 3 disampaikan bahwa pada hari ini telah aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu.
3.               3 Ini adalah pernyataan yang menjebak seseorang kepada kapitalisme yang ingin menang sendiri. Padahal zaman Umar bin Khattab tanah yang tidak produktif harus diserahkan kepada ahlinya JIKA ahlinya adil dalam mengolah. Artinya hasilnya akan digunakan untuk kebaikan sosial dan menyebarkan keahlian sehingga tidak terjadi monopoli yang menjerat masyarakat sekitar
4.               4 Secara kasat mata, seorang kafir seperti hidup di dunia tidak memiliki aturan. Mereka memaksimalkan apapun yang memuaskan mereka, padahal itu adalah kesenangan sementara. Tetapi seorang muslim harus dihadapkan terhadap hukum-hukum halal, sunnah, mubah, makruh, dan haram seakan-akan dipenjara di bumi ini. Tetapi itulah kepuasan jangka panjang. (Ali Imran: 197)
5.               5 Harta adalah salah satu dari keinginan manusia, dan ini adalah sifat yang lahiriyah (Ali Imran 14). Namun Riba adalah bisnis keuangan yang paling menguntungkan. Namun mereka tak memiliki hati nurani untuk memberi pinjaman. Mereka berfikir Riba akan menambah harta mereka, padahal tidak. (Ar Rum: 39)
6.               6 Menurut pemikiran mazhab mainstream kelangkaan yang ada saat ini bukanlah kelangkaan absolut. Maksudnya adalah kelangkaan yang terjadi di alam ini adalah karena manusia salah dalam menggunakan kekayaan alam. Dari sini terlihat bahwa kesalahan manusia dalam menggunakan kekayaan alam yang tidak merata akhirnya menimbulkan masalah dasar ekonomi yang ilmu ekonomi konvensional menyebutnya dengan kelangkaan.
7.                7Reinhart, Carmen M, dan Rogoff, Kenneth S. (2008). This time is different: a Panomic View of Eight Centuries Financial Crisis. NBER paper, No. 13882
Dijelaskan pada paper tersebut bahwa krisis berawal dari sebuah monarki yang berusaha mengurangi konten emas atau perak dalam koin mata uang negara untuk membiayai kepincangan anggaran akibat peperangan. Data yang mereka gunakan adalah data 66 negara dalam rentang delapan abad (dari masa krisis di Inggris abad pertengahan hingga krisis sub-prime mortgage AS, 2008). Mereka menyimpulkan, tidak ada yang baru dalam krsis-krisis ini. “We have been here before” tulis mereka.
8.                8Allah akan melipatgandakan kebaikan seseorang 10x lipat (Al An’am: 160). Allah melipatgandakan sedekah seseorang 700x lipat (Al Baqarah: 261). Allah melipagandakan sedekah tak terbatas (Al Baqarah: 245). Adapun hikmah yang lain adalah Allah akan memelihara hambanya dari segala bentuk kekhawatiran (Al Baqarah: 254)
9.                9(Al Baqarah : 279)












Share:

0 komentar