Logika Memahami Ekonomi Islam, Started from The Sleeping Giant

Indonesia itu surga bagi dunia. Kekayaan melimpah, masyarakatnyapun juga ramah, tetapi masih lemah. Orang luar negeri menyebut Indonesia dengan “The Sleeping Giant”. Entah sejak kapan karakter orang Indonesia selalu sleeping. Saya dengar kerajaan Singasari adalah karakter orang Indonesia kalau kerja beneran. Ya, soal ideologi adalah dasar dari semangat perjuangan orang dahulu.

                Well, kita jalan-jalan ke luar negeri dahulu. Di dunia ini ada beberapa negara yang mengaku bahwa ekonominya udah sesuai dengan syariah, saya bilang Amiin. Mereka adalah Pakistan, Iran, Sudan, dan Saudi Arabia. Mereka tidak menerapkan sistem dual banking. Semua perbankan disana sudah syariah. Gue akuin masuk akal dan mudah direalisasikan karena mayoritas mereka adalah muslim. Tetapi negara yang menguasai dunia mengobrak-abrik negara-negara itu melalui sistem politiknya jadi terlihat negara yang  menerapkan sistem ekonomi Islam tidak patut dicontoh.

                Gue acungin jempol sama Malaysia yang politiknya jos. Kesadaran berekonomi Islam muncul dari pemerintah alias top down system. Malaysia industrinya juga maju. Oleh karena itu mereka memiliki spesialisasi ekonomi Islamnya di sukuk.

                Halo Indonesia, How are you? Muslimnya 78,5% kalau nggak salah. Bila dibandingkan dengan negara muslim lainnya kita lah yang paling besar muslimnya. Keberadaan UMKM kelas menengah ke bawah sebesar 99%. Sedangkan bisnis sektor informal sangat besar sekali. Hal inilah seharusnya menjadi spesialisasi Indonesia sebagai pencetus Islamic Microfinance. Bila di Bangladesh adalah Mit Grameen Bank, maka Indonesia harus bisa membuat Islamic Microfinance Institution yang mantap. Sayangnya kita musti agresi militer tingkat tinggi kalau mau hal ini terealisasi. Model berkembangnya ekonomi Islam di Indonesia kan Bottom Up (Dari rakyat bawah, mahasiswa, akademisi hingga ke pemerintahan). Sejak dahulu tahun 2008 target pangsa ekonomi Islam 5% masih belum tercapai.


                Wahai ekonom rabbani, ini adalah ladang amalmu. Saya tidak habis piker juga ketika mencoba mensosialisasi ekonomi Islam. Tak perlu jauh-jauh, hanya ke orang tua, kakak, maupun adik. Logika mereka menganut logika banker konvensional. Its okay, but I will face this chalangge! 

Share:

0 komentar