Beberapa
hari yang lalu sebuah ledakan bom telah menghantam kota Manchaster dalam konser
Ariana Grande. Bom tersebut mengakibatkan setidaknya 22 orang tewas dan 50
orang lainnya terluka. Tentu berita ini menjadi sebuah noda hitam bagi sejarah
Inggris. Peristiwa bom itu berbeda skalanya dengan bom yang meledak di kampung
melayu yang telah mengakibatkan 3 orang tewas dan 11 orang luka-luka. Hanya
karena ulah individu yang tak bertanggung jawab, menyebabkan kerusakan yang
besar.
Tentu
musibah bom di atas memiliki dampak ekonomi yang merugikan. Namun satu hal yang
membahayakan dari musibah tersebut adalah anggapan asing yang bisa saja mempengaruhi
perekonomian negara yang bersangkutan baik jangka pendek maupun
jangka panjang. Kriminalitas memang menjadi sebuah pertimbangan seorang
investor dalam menginvestasikan dananya. Namun menurut World Economic Forum, indeks kemudahan bisnis masih menjadi salah satu tolok ukur utama, disamping kriminalitas, yang mempengaruhi minat investor. Salah
satu tolok ukur tersebut adalah tingkat kriminalitas yang terselubung, seperti
korupsi, birokrasi yang efisien, infrastruktur, dan lain-lain.
Ernest dan Young menyimpulkan bahwa angka tingkat korupsi dan penyuapan di dunia
meningkat dari 38% di tahun 2014 menjadi 39% di tahun 2016. Peningkatan tingkat
kecurangan ini justru sangat dipengaruhi oleh peningkatan kecurangan yang ada
di negara-negara maju dari 17% menjadi 21%. Sedangkan tingkat kecurangan di
negara berkembang sedikit menurun meski masih di angka yang tinggi, yaitu 53%
di tahun 2014 dan 51% di tahun 2016. Hal ini disebabkan karena korupsi dan
suap-menyuap masih menjadi budaya yang kental di negara maju dan berkembang. Di samping itu,
para staff senior selalu menghalalkan cara apapun demi mencapai target
perusahaan. Tingkat kecurangan ini justru kecil di generasi milenial. Mereka
akan kaget ketika melihat sistem yang korup dalam perusahaan dan kemudian pergi
meninggalkannya.
Bukan
hanya Indonesia yang memiliki inisiatif yang besar dalam menangani korupsi,
tetapi juga Tiongkok dan India juga telah menginisiasi gerakan yang sama. Meski
demikian para generasi muda masih mengakui bahwa korupsi dan suap-menyuap masih
menjadi kebudayaan di negara dan perusahaan mereka. Korupsi hanya bisa
diberantas dengan kesadaran yang dimulai sejak dari individu. Kecilnya individu
bukan berarti tidak memiliki pengaruh apa-apa. Bahkan seringkali orang
tersandung oleh batu kecil, bukan batu yang besar.
Bulan
Ramadhan adalah bulan yang penuh dengan tantangan kejujuran atas produktifitas.
Guru besar Universitas Harvard, Filipe Campante dan David Yanagizawa Drott
memberikan kesimpulan yang menarik dalam kajian perilaku umat muslim saat
ramadhan. Kesimpulan tersebut adalah saat bulan ramadhan perekonomian bisa saja
turun, namun justru tingkat kebahagiaan masyarakat meningkat. Setelah diteliti
lebih mendalam mereka menemukan kesimpulan bahwa masyarakat muslim
menyedekahkan uang yang disimpan selama puasa. Maka menurut Imam Al Ghazali
golongan orang yang bersedekah saat bulan puasa ini yang diikuti dengan menahan
seluruh anggota badan dari melakukan maksiat akan melatih masyarakat dalam
berperilaku lebih baik dan terhindar dari kejahatan-kejahatan laten di atas
*Tulisan di atas telah terpublikasi di josstoday.com